Tahukah Anda? Para tentara yang menjalani operasi militer itu biasanya berasal dari pasukan khusus yang dibentuk serta dilatih untuk melaksanakan misi perang non-konvensional, anti-teroris, pengintaian, dan pertahanan luar negeri.
Lazimnya, pasukan ini terdiri dari kelompok kecil yang sangat terlatih, bekerja secara mandiri dan ‘siluman’, berkecepatan tinggi, serta dipersenjatai dengan senjata khusus.
Operasi militer yang mereka lakukan biasanya bukan kasus biasa tapi terkait dengan terorisme, penyanderaan dan lainnya yang membutuhkan keterampilan khusus.
Di antara operasi itu, kebanyakan mendunia seperti penggerebekan Bos Al Qaeda Osama bin Laden di lokasi persembunyiannya di Abbottabad, Pakistan.
Berikut 10 operasi militer yang paling disorot dunia yang dilakukan oleh pasukan khusus, seperti yang dihimpun dari The Wondrous.com dan berbagai sumber pada Senin (31/10/2016), termasuk pasukan elite Indonesia, Kopassus :
1. US Navy SEAL, AS
Waktu menunjukkan pukul 23.35. Hampir tiba tengah malam pada 1 Mei 2016. Suasana sedikit riuh. Saat itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan mengumumkan hal penting yang dinanti warga Negeri Paman Sam selama 10 tahun.
“Dengan ini, saya laporkan kepada seluruh warga Amerika Serikat dan dunia bahwa pemerintah telah melakukan operasi penyerbuan,” ujar Obama, seperti dimuat VOA.
“Dan Osama bin Laden, Si Pemimpin Al Qaeda yang bertanggung jawab atas kematian ribuan orang, wanita dan anak-anak yang tak berdosa, kini dinyatakan telah tewas.”
Sebelum pengumuman resmi, ruang kontrol Gedung Putih dipenuhi oleh para petinggi AS. Mereka menatap layar detik-detik penyegerapan Osama di rumah persembunyiannya di Abbottabad, Pakistan.
Kala itu Osama ditembak pasukan elite Navy SEAL. Tepat di kepalanya.
US Navy SEAL (The United States Navy Sea, Air and Land) adalah pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang didirikan pada era Presiden John F. Kennedy, tepatnya pada 1962.
Mereka yang terpilih menjadi anggota Navy SEAL dilantik setelah menyelesaikan pendidikan dasar Basic Underwater Demolition SEAL (BUD/S) dan program khusus yang disebut SQT (SEAL Qualification Training), baru kemudian berhak menyandang bed khusus the SEAL Trident.
Bed ini merupakan tanda pengenal buat anggota SEAL dalam pertempuran bersama dengan unit pasukan khusus lainnya.
Seragam lapangan Navy SEAL selalu dibedakan dari kesatuan/unit tempur yang didukungnya. Seperti pada Perang Vietnam, anggota SEAL menggunakan seragam kamuflase bermotif loreng macan.
Meski sudah kerap diterjunkan dalam misi khusus, keberhasilan menghabisi Osama bin Laden membuat nama Navy SEAL kian dikenal.
2. Alpha Group, Rusia
Pada 3 September 2004, sekelompok pria dan wanita bertopeng mengenakan sabuk berisi bahan peledak, menyerbu ke sekolah di Rusia, menembaki orang-orang di halamannya.
Kala itu murid-murid tengah berkumpul untuk upacara yang menandai awal tahun ajaran baru.
Para penyerang mengancam akan meledakkan sekolah jika pasukan keamanan menyerbu gedung. Anak-anak pun ditempatkan di jendela, dijadikan sebagai perisai hidup.
Mereka menyandera orang-orang di bangunan sekolah tersebut 3 hari lamanya. Dalam pembicaraan pada 3 September antara pemberontak dan mantan pemimpin Ingushetia, Ruslan Aushev, disepakati pembebasan 26 perempuan dan anak-anak.
Alpha Group atau Spetsgruppa “A” lalu dikerahkan untuk menyelamatkan para sandera. Namun, negosiasi berjalan alot dan berakhir dengan baku tembak serta ledakan.
Alpha Group atau pasukan khusus milik Rusia dibentuk pada 28 Juli 1974 oleh Komandan KGB, Yuri Andropov. Pembentukannya terinspirasi oleh serangan teroris di Munich pada 1972.
Pasukan tersebut juga dikerahkan untuk menangani pembajakan Aeroflot Flight 6833 di Tbilisi, Georgia. Tim Alpha menggagalkan pembajakan tersebut dengan serbuan secepat kilat ke kapal terbang tersebut, menghabisi 3 pembajak dan menangkap lainnya yang hendak kabur. Lima sandera menjadi korban kala itu.
3. Kaibiles, Guatemala.
Pasukan khusus Guatemala ini paling ditakuti di seluruh Amerika Tengah. Dibentuk pada tahun 1974 dengan tujuan untuk melawan milisi anti gerilya.
Saking piawainya pasukan ini, anggotanya dilibatkan dalam UN Peace Keeping Force atau Pasukan Perdamaian PBB dan ditempatkan di Kongo.
Operasi militer yang paling mematikan terjadi kala Kaibiles bergabung bersama PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo. saat itu, 80 tentara khusus mencoba menangkap wakil komandan pemberontak, LRA, Vincent Otti pada tahun 2006.
4. Sayeret Matkal, Israel
Pada 27 Juni 1976, maskapai Air France terbang dari Tel Aviv ke Paris membawa 247 penumpang dan 12 kru. Mereka berhenti sejenak, namun setelah beberapa menit terbang landas dari Yunani, di kabin terdengar suara orang saling berteriak.
Kapten Michel Bacos menyuruh chief enginer atau teknisi pesawat melihat apa yang terjadi. Rupanya, salah satu penumpang, Wilfried Bose membawa revolver dan granat. Ia tak sendirian, ada seorang perempuan yang juga berkomplot dengannya.
Bose adalah anggota Revolutionary Cells atau RZ, kelompok teroris yang ditakuti pada masanya. Bose dan kelompoknya meminta pembebasan 53 tahanan. Mereka memaksa pesawat pergi ke Uganda.
Sementara pesawat mendarat di Uganda, di Tel Aviv sejumlah persiapan operasi militer pembebasan penumpang yang mayoritas warga negara Israel dibuat.
Operasi dipimpin Yonatan atau Yoni Netanyahu. Mereka membawa empat Hercules dan dua Boeing 707 berisi 200 tentara elite Israel.
Rombongan itu terbang selama 8 jam di bawah radar. Ketika mendarat di Uganda, operasi itu terlihat kacau karena tak ada koordinasi dengan pemerintah setempat.
Yang terjadi justru baku tembak antara pasukan elite Israel dengan militer Uganda. Yoni lantas mengambil keputusan tepat, ia dan segelintir pasukannya masuk ke pesawat Air France membebaskan tahanan dengan menembak mati para teroris.
Seluruh teroris, 20 tentara Uganda, beserta 4 penumpang tewas. Sementara, Yoni, sang komandan, gugur dalam operasi itu.
Yoni tak lain tak bukan adalah kakak dari Ben Nitay alias Benjamin Netanyahu. Saat operasi militer berlangsung, Ben tengah menimba ilmu di Cambridge, Massachussetts, Amerika Serikat.
Kabar kematian diterima oleh Ben, kala pemuda itu tengah menikmati perayaan 4 Juli — Hari Kemerdekaan ke-200 Amerika Serikat.
5. Kopassus, Indonesia
Pada 28 Maret 1981, pesawat maskapai Garuda Indonesia dibajak di Thailand. Pembajakan berdarah yang menelan korban jiwa ini merupakan yang pertama dalam sejarah penerbangan Indonesia.
Pagi itu, sekitar pukul 08.00 WIB, pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandara Polonia, Medan.
Pesawat DC-9 Woyla itu transit di Pangkalan Udara Talang Betu, Palembang dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan waktu sampai, yakni pukul 10.55 WIB.
Dalam perjalanan dari Palembang ke Medan, tiba-tiba 5 anggota kelompok ekstremis ‘Komando Jihad’ yang menyamar sebagai penumpang beraksi. Seorang pelaku menuju ke kokpit dan yang lainnya berdiri di gang antara tempat duduk pesawat. Dengan senjata api, mereka meminta pilot untuk menerbangkan pesawat ke Kolombo, Srilangka.
Pesawat sempat mendarat sementara di Bandara Penang, Malaysia untuk mengisi bahan bakar. Garuda Indonesia ini kemudian melanjutkan perjalanan ke Thailand dan mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand. Di sini, klimaks pembajakan terjadi.
Para pelaku meminta agar anggota Komando Jihad yang ditahan akibat peristiwa Cicendo dibebaskan. Mereka juga menuntut uang sejumlah US$ 1,5 juta, pesawat untuk pembebasan tahanan dan terbang ke tujuan yang dirahasiakan.
Menanggapi hal itu, militer Indonesia memutuskan untuk mengerahkan pasukan Kopassandha (Nama satuan Kopassus saat itu) untuk melakukan penyergapan di bandara Thailand tersebut.
Pukul 02.30 tanggal 31 Maret, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam dan akhirnya berhasil melumpuhkan para teroris.
Namun dalam serbuan operasi kilat Grup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan, pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak.
Operasi penyelamatan ini disebut-sebut lebih heroik dibanding operasi Entebbe.
6. SSG, Pakistan.
Pada 20 Februari 1994, 3 pria bersenjata dari Afghanistan membajak sebuah bus berisi 74 anak dan 7 guru di Peshawar, Pakistan.
Mereka meminta bus itu untuk melaju ke kedutaan Afghanistan di Islamabad. Ada 61 sandera dibebaskan, sisanya tetap dalam bus. Para pembajak minta makanan dikirim ke Kabul sebagai tebusannya.
Sehari kemudian, sejumlah pasukan elite Pakista, SSG, menyerang kedutaan Afghanistan dan menewaskan 3 sandera itu.
7. Delta Force, AS
Pasukan elite Amerika Serikat, Delta Force disebut-sebut memiliki peran penting saat invasi Irak pada 2003.
Mereka berhasil masuk Baghdad dengan menyamar, mengawal serangan udara dan menjalin hubungan dengan warga lokal. Tak hanya itu, pasukan khusus itu berhasil merusak saluran komunikasi.
Setelah berhasil masuk, Delta Force bermarkas di Baghdad dan berhasil menangkap Letnan Jenderal Abid Hamid Mahmud al-Tikriti. Ia adalah tangan kanan Saddam Hussein.
Pasukan elite ini kemudian berhasil menangkap anak-anak Saddam.
Saddam sendiri ditangkap pada 13 Desember 2003. Lebih dari 600 pasukan khusus dikerahkan untuk mencari diktaktor Irak untuk kemudian digantung hingga tewas.
Belakangan, sepeninggal Saddam, Irak kini nyaris tak ‘bertuan’. Sejumlah kota penting dikuasai oleh ISIS dan konflik horizontal pecah.
8. SAS, Inggris
Serangan teroris terjadi di jantung ibukota Inggris, London. Kala itu 30 April 1980, 6 pria Iran bersenjata menyerbu kedutaan Iran di London.
Mereka berhasil melumpuhkan petugas keamanan kedutaan dan menyandera 26 orang. Salah satu sandera adalah wartawan BBC yang tengah membuat visa.
Teroris itu menyebut dirinya ‘Democratic Revolutionary Front for Arabistan’ . Mereka memprotes tekanan di Khuzestan oleh pemimpin Iran saat itu Ayatollah Khomeini.
Mereka juga menuntut pembebasan 91 tahanan militer serta pesawat terbang untuk membawa mereka beserta sandera keluar Inggris.
Kenekatan para teroris itu membuat pasukan elite Inggris, SAS turun tangan. Sambil mempelajari blue print kedutaan, mereka menamakan operasi itu Operasi Nimrod.
Sehari setelah penyanderaan, salah satu pembajak menembak mati warga Iran. Kebijakan Inggris yang lebih mengetengahkan dialog akhirnya luntur. Tim Cobra dari SAS bertindak cepat menggunakan senjata api masuk ke kedutaan.
Saat pemimpin kelompok itu sibuk negosiasi dengan polisi, tim Cobra masuk ke dalam kedutaan. Hanya 1 orang teroris yang hidup, sisanya tewas.
9. Eko Cobra, Austria
Pasukan elite Austria disebut Eko Cobra. Mereka berhasil menggagalkan pembajakan pesawat di langit Nigeria.
Kala itu pada Agustus 1996, empat anggota Cobra tengah berada di pesawat Aeroflot Tupolev 154 mengawal tahanan dari Lagos.
Salah seorang napi berhasil lepas dan mengancam kru dengan pisau meminta agar ia diturunkan di Jerman atau Afrika Selatan.
Namun, berkat kesigapan 4 tentara, napi itu berhasil diringkus.
10. SAS, Australia
Tentara elite Australia, SAS, terlibat dalam perang di Afghanistan. Negara Kanguru itu terlibat di kawasan dari 2001 hingga 2014.
Pada 2 September 2008, kala tengah berpatroli dengan tentara AS, 2 tentara SAS berhasil menyelamatkan rekan-rekannya dari serangan Taliban.
Keduanya diganjar medali Victoria Cross karena keberhasilannya menyelamatkan nyawa tim dan menghancurkan pasukan Taliban.
sumber:viva
0 komentar :
Post a Comment