♠ Posted by
Unknown
in
Story
at
11:31:00 AM
Ngarot
yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta
minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali
menggarap sawah.Awalnya, upacara tradisional Ngarot dirintis oleh seorang kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686.
Sebagian masyarakat disana mempercayai bila Ngarot merupakan saat penting bagi para remaja untuk mendapatkan pasangan hidup. Jodoh yang didapat dari ritual Ngarot, dipercaya dapat membuat kekal pasangan suami istri.
Zaman dulu, upacara Ngarot bukanlah acara mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Upacaranya pun hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan.
Upacara ini dimulai pada jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di halaman rumah Kuwu. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Setelah itu biasanya akan diselenggarakan pawai keliling kampung. Selesai pawai para gadis kembali ke balai desa dan diselenggarakan acara tradisional seperti ronggeng. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling berpandang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta.
Menurut warga di sana, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 80 persen peserta Ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah tangga dengan rukun.
0 komentar :
Post a Comment