♠ Posted by
Unknown
in
Budaya
at
3:12:00 PM
Penyakit itu dikenal bernama xeroderma pigmentosum alias XP. Secara ilmiah, itu merupakan rusaknya kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri atas kerusakan yang disebabkan sinar matahari.
Penderita pun jadi sangat sensitif terhadap sinar ultraviolet. Mengutip Daily Mail, mereka juga rentan terserang kanker kulit.
Kondisi itu sangat merugikan. Sebab, penduduk Araras, nama kota itu, sangat tergantung pada pekerjaan di luar ruangan. Mereka hidup dari bertani. Artinya, setiap hari harus terpapar sinar matahari.
â??Saya selalu kerja di bawah matahari. Saya menanam pagi, memanen, merawat sapi,â?? kata Djalma Antonio Jardim, salah satu penduduk. Namun karena kondisinya, Djalma tak bisa lagi jadi petani.
Ia akhirnya terpaksa menggantungkan biaya hidup pada sebuah pekerjaan pemerintahan di stasiun. Djalma juga berjualan es krim berjalan. Penghasilannya jauh di bawah standar kehidupan layak.
Pria 38 tahun itu sudah mengalami gejala XP sejak usianya masih 9 tahun. Saat itu, bintik-bintik kecil muncul di wajahnya. Kelamaan, tiap terkena sinar matahari wajahnya jadi memerah seperti terbakar.
Dokter mengatakan saya punya kelainan darah. Yang lain lagi berkata, saya punya masalah kulit. Tapi tak satupun mengatakan penyakit apa ini," kata Djalma. Baru pada 2010, ia didiagnosis dengan benar.
Hingga kini, Djalma telah menjalani lebih dari 50 kali operasi pengangkatan tumor kulit. Kulit, bibir, hidung, pipi, dan matanya rusak. Ia pun mengenakan topi jerami lebar untuk melindungi wajahnya.
Penderita XP bukan hanya berisiko kanker kulit. Menurut data National Cancer Institute yang berbasis di AS, satu dari lima pasien XP juga mengalami tuli, kejang otot, serta perkembangan tubuh yang buruk.
XP berkembang secara genetik. Karena itulah banyak orang di Araras yang mengalaminya. Jika salah satu penduduk yang membawa penyakit itu menikah dengan penduduk lain yang juga mengidap XP, kemungkinan besar keturunan mereka menderita penyakit serupa.
Di antara keindahan dan keeksotisan perbukitan tropis di Brasil, ternyata tersimpan sebuah kota yang sangat langka dan bahkan sangat mengerikan. Kota tersebut secara resmi bernama Araras dan dihuni oleh hanya sekitar 800 orang saja. Tapi sayangnya justru seluruh penduduk tersebut menderita penyakit aneh dan ini lebih terlihat seperti kutukan. Mereka meleleh seperti lilin yang terkena panas sinar matahari.
Menurut istilah medis, penyakit itu dikenal bernama nama xeroderma pigmentosum alias XP. Penyakin ini, secara ilmiah di terjemahkan sebagai bentuk dari rusaknya kemampuan tubuh seseorang untuk memperbaiki diri atas berbagai kerusakan yang disebabkan oleh sinar matahari, terutama oleh paparan sinar ultraviolet.
Dengan kehilangan kemampuan untuk memperbaiki diri ini, para penderita
pun menjadi sangat sensitif terhadap paparan sinar ultraviolet. Seperti
dikutip dari lanam Daily Mail, para peneliti menatakan bahwa mereka juga
sangat rentan terserang penyakit kanker kulit dan berbagai kerusakan
kulit premanen.
Tentu saja kondisi itu sangat merugikan para penderitanya, karena selama ini penduduk kota Araracas sendiri sangat tergantung pada pekerjaan yang mengharuskan mereka beraktivitas di luar ruangan. Kebanyakan mereka atau bahkan hampir semuanya penduduk di sana hidup sebagai petani, dan berarti setiap hari mereka harus terpapar sinar matahari secara langsung.
Djalma Antonio Jardim, yang merupakan salah satu penduduk Araracas mengatakan bahwa dirinya dan hampir seluruh penduduk disana akan bekerja di bawah sinar matahari. Penduduk disana selalu menanam di pagi sampai sore hari, merawat sapi dan ternak lainnya. Tapi sayang karena kondisinya tidak memungkinkan, akhirnya Djalma untuk sekarang ini tidak bisa lagi menjadi petani.
Menurut keterangannya, pria 38 tahun tersebut sudah mengalami gejala xeroderma pigmentosum sejak usianya masih 9 tahun. Ketika itu bintik-bintik kecil mulai muncul di wajahnya dan lama kelamaan, setiap dirinya terkena sinar matahari secara langsung, wajahnya akan menjadi memerah seperti terbakar sampai lama kelamaan menjadi rusak.
Sampai saat ini, Djalma sedikitnya telah menjalani lebih dari 50 kali operasi pengangkatan tumor kulit di sekitar bibir, area hidung, area pipi dan bahkan matanya kini telah rusak. Sekarang dia pun hanya bisa mengenakan topi jerami yang sangat lebar untuk melindungi wajahnya dari terpaan sinar matahari.
Penderita xeroderma pigmentosum bukan hanya berisiko terkena kanker kulit saja. Berdasarkan data yang di peroleh dari National Cancer Institute yang berbasis di AS, mengatakan bahwa satu dari lima pasien xeroderma pigmentosum ini juga akan mengalami tuli, gangguan kejang otot serta gangguan perkembangan tubuh yang sangat buruk.
xeroderma pigmentosum ini sendiri berkembang secara genetik, dan hal inilah yang menjadi penyebab orang di Araras yang mengalami penyakit ini. Kalau salah satu penduduk yang membawa penyakit itu menikah dengan penduduk lain yang juga mengidap xeroderma pigmentosum, maka kemungkinan besar keturunan mereka juga akan menderita penyakit yang sama.
Tentu saja kondisi itu sangat merugikan para penderitanya, karena selama ini penduduk kota Araracas sendiri sangat tergantung pada pekerjaan yang mengharuskan mereka beraktivitas di luar ruangan. Kebanyakan mereka atau bahkan hampir semuanya penduduk di sana hidup sebagai petani, dan berarti setiap hari mereka harus terpapar sinar matahari secara langsung.
Djalma Antonio Jardim, yang merupakan salah satu penduduk Araracas mengatakan bahwa dirinya dan hampir seluruh penduduk disana akan bekerja di bawah sinar matahari. Penduduk disana selalu menanam di pagi sampai sore hari, merawat sapi dan ternak lainnya. Tapi sayang karena kondisinya tidak memungkinkan, akhirnya Djalma untuk sekarang ini tidak bisa lagi menjadi petani.
Menurut keterangannya, pria 38 tahun tersebut sudah mengalami gejala xeroderma pigmentosum sejak usianya masih 9 tahun. Ketika itu bintik-bintik kecil mulai muncul di wajahnya dan lama kelamaan, setiap dirinya terkena sinar matahari secara langsung, wajahnya akan menjadi memerah seperti terbakar sampai lama kelamaan menjadi rusak.
Sampai saat ini, Djalma sedikitnya telah menjalani lebih dari 50 kali operasi pengangkatan tumor kulit di sekitar bibir, area hidung, area pipi dan bahkan matanya kini telah rusak. Sekarang dia pun hanya bisa mengenakan topi jerami yang sangat lebar untuk melindungi wajahnya dari terpaan sinar matahari.
Penderita xeroderma pigmentosum bukan hanya berisiko terkena kanker kulit saja. Berdasarkan data yang di peroleh dari National Cancer Institute yang berbasis di AS, mengatakan bahwa satu dari lima pasien xeroderma pigmentosum ini juga akan mengalami tuli, gangguan kejang otot serta gangguan perkembangan tubuh yang sangat buruk.
xeroderma pigmentosum ini sendiri berkembang secara genetik, dan hal inilah yang menjadi penyebab orang di Araras yang mengalami penyakit ini. Kalau salah satu penduduk yang membawa penyakit itu menikah dengan penduduk lain yang juga mengidap xeroderma pigmentosum, maka kemungkinan besar keturunan mereka juga akan menderita penyakit yang sama.
0 komentar :
Post a Comment