♠ Posted by
Unknown
in
Budaya
at
10:56:00 PM
Suku Lingon, adalah suatu komunitas suku bangsa, yang hidup terpencil di pedalaman hutan Halmahera Timur.
Suku Lingon ini merupakan suatu suku yang misterius, penuh tanda tanya
tentang keberadaannya di salah satu pulau di Halmahera Timur ini.
Dikatakan misterius dan unik, karena keberadaan mereka apa masih ada atau sudah punah karena berbaur dengan suku-suku lain, selain
itu secara fisik, suku Lingon ini bukan dari ras weddoid, melanesia,
polinesia, maupun mongoloid seperti rata-rata penduduk di wilayah
Halmahera ini maupun wilayah Asia Tenggara ini. Karena secara ras, suku Lingon ini termasuk dalam ras kaukasoid, layaknya ras dari orang Eropa.
Secara fisik suku Lingon ini memiliki postur tubuh tinggi, berkulit putih, berambut pirang dan bermata hijau dan biru, walaupun beberapa ada juga yang berambut agak kehitaman, tetapi pada dasarnya suku Lingon ini memiliki struktur fisik yang berbeda dengan masyarakat wilayah Asia Tenggara.
Populasi suku ini secara pasti tidak diketahui, karena suku ini diperkirakan nyaris punah. Suku Lingon ini pada masa dahulu sering mendapat ancaman dan gangguan dari suku pesisir yang hidup di pesisir pantai wilayah ini. Salah satunya ancaman dari suku Togutil dari daerah pesisir yang sering mencoba menculik gadis-gadis suku Lingon yang cantik-cantik layaknya gadis Eropa.
Secara fisik suku Lingon ini memiliki postur tubuh tinggi, berkulit putih, berambut pirang dan bermata hijau dan biru, walaupun beberapa ada juga yang berambut agak kehitaman, tetapi pada dasarnya suku Lingon ini memiliki struktur fisik yang berbeda dengan masyarakat wilayah Asia Tenggara.
Populasi suku ini secara pasti tidak diketahui, karena suku ini diperkirakan nyaris punah. Suku Lingon ini pada masa dahulu sering mendapat ancaman dan gangguan dari suku pesisir yang hidup di pesisir pantai wilayah ini. Salah satunya ancaman dari suku Togutil dari daerah pesisir yang sering mencoba menculik gadis-gadis suku Lingon yang cantik-cantik layaknya gadis Eropa.
Suku-suku setempat yang juga hidup di wilayah ini, beranggapan
bahwa suku Lingon ini sangat berbahaya, memakan daging mentah dan
memiliki ilmu sihir, sehingga keberadaan mereka juga membuat takut
suku-suku lain yang berada di wilayah ini.
Asal-usul suku Lingon ini tidak diketahui secara pasti darimana dan
kapan hadirnya di wilayah Halmahera ini. Hanya saja apabila dilihat dari
fisik mereka, diperkirakan dahulunya kemungkinan mereka datang dari
daratan Eropa.
Dari cerita rakyat yang beredar, bahwa dahulu sekitar 300 tahun yang lalu, sebuah kapal dari daratan Eropa, karam dan tenggelam dekat perairan Halmahera. Sekelompok penumpang kapal ada yang selamat dan terdampar di pulau ini. Para penumpang kapal yang selamat ini tidak bisa kembali ke negeri asalnya, dan akhirnya membangun pemu****n di tengah pedalaman hutan Halmahera Timur ini, dan jadilah suatu komunitas yang disebut Lingon Tribe atau suku Lingon.
Di pulau tempat terdamparnya suku Lingon ini, ternyata sudah ada suku-suku lain yang mendiami pulau ini. Sempat terjadi konflik dengan suku-suku setempat. Tetapi dengan persenjataan yang terbatas dan kalah dalam jumlah orang, mereka terdesak masuk ke pedalaman untuk menghindar dari gangguan suku setempat.
Setelah menetap di wilayah ini selama ratusan tahun, budaya asli mereka yang berawal dari Eropa ini pun pudar dan berubah drastis, beradaptasi dengan budaya setempat yang nyaris primitif. Sepertinya kepercayaan merekapun beralih ke kepercayaan setempat dengan mengamalkan segala hal animisme dan dinamisme.
Dari cerita rakyat yang beredar, bahwa dahulu sekitar 300 tahun yang lalu, sebuah kapal dari daratan Eropa, karam dan tenggelam dekat perairan Halmahera. Sekelompok penumpang kapal ada yang selamat dan terdampar di pulau ini. Para penumpang kapal yang selamat ini tidak bisa kembali ke negeri asalnya, dan akhirnya membangun pemu****n di tengah pedalaman hutan Halmahera Timur ini, dan jadilah suatu komunitas yang disebut Lingon Tribe atau suku Lingon.
Di pulau tempat terdamparnya suku Lingon ini, ternyata sudah ada suku-suku lain yang mendiami pulau ini. Sempat terjadi konflik dengan suku-suku setempat. Tetapi dengan persenjataan yang terbatas dan kalah dalam jumlah orang, mereka terdesak masuk ke pedalaman untuk menghindar dari gangguan suku setempat.
Setelah menetap di wilayah ini selama ratusan tahun, budaya asli mereka yang berawal dari Eropa ini pun pudar dan berubah drastis, beradaptasi dengan budaya setempat yang nyaris primitif. Sepertinya kepercayaan merekapun beralih ke kepercayaan setempat dengan mengamalkan segala hal animisme dan dinamisme.
0 komentar :
Post a Comment